

Orangtuanya menyalakan berita dan Zhen duduk diam, membaca buku komik kecil, berusaha menghafalkan kisah Monga dan menyesuaikan dirinya sendiri pada negara baru mereka yang sama.ĭia sudah selesai membacanya, tapi terus kembali ke tiga halaman yang sama, gambar wajah yang sama. Dirinya yang lain, yang pendiam dan cemberut menghilang lagi. “Dan apa kata ibumu soal penggandaan diri yang terus-menerus kamu lakukan ini?” Zhen yang duduk di sofa mengangkat telapak tangannya, meminta maaf.

Zhen terbelah dua lagi, dan dirinya yang baru menendang sepatu kets pembuat keributan itu. "Sepatunya akan kekecilan dalam enam bulan," kata ayahnya. Lalu mereka memutuskan untuk tidak melakukannya.

Orangtuanya memperdebatkan apakah bijaksana membeli sepasang sepatu lagi. Pada saat itulah gurunya memperhatikan sepatu itu. "John," dia membenarkan, menyebut nama yang dipilihnya dari daftar kecil yang dibuat oleh orangtuanya. "Dan kebijakan seragam menganjurkan tali daripada Velcro." Saat mengabsen, mereka dengan hati-hati mengumumkan nama belakangnya, bingung karena urutan dan campuran huruf yang asing. "Terlalu berwarna" kata pesan yang dikirim oleh gurunya untuk diperlihatkan kepada orangtuanya. Saat berbaris di luar kelas, sepatu kets Zhen langsung tampak menonjol di antara barisan sepatu putih. Pada hari pertamanya di sekolah baru, dia salah memakai sepatu. Dia membawa boneka beruang hitam yang hampir sebesar tubuhnya, dan ketika dia memegang kaki boneka itu di tangannya, sambil bergegas mengejar ibunya, dia mencoba membayangkan dirinya sendiri dan Beruang di tempat pasangan itu berpose, terjebak selamanya saling menyentuhkan gelas anggur dengan lautan sebagai latar belakang. Ibunya mendorong Zhen jalan ke depan dan mereka buru-buru keluar dari bandara, melewati poster-poster keluarga pirang yang sedang tersenyum berpiknik di pantai. "Baik," katanya acuh tak acuh, menunjuk kami ke baris berikutnya. "Oh, kami akan tinggal di sini," ibunya tertawa, menatap mata petugas bea cukai itu. Zhen melihat ibunya tersentak, tapi tidak mengatakan apa-apa ketika penanak nasi itu dirakit lagi seenaknya sebelum mereka dibiarkan lanjut ditambahi gerutuan kecil dan ucapan kosong “nikmati kunjungan Anda”. Dengan seragam biru dan lencana emasnya, dia terlihat seperti polisi dari komik tentang orang-orang Australia terkenal yang dibagikan kepada anak-anak di pesawat. Petugas bea cukai yang pertama melanjutkan pemeriksaan ke penanak nasi mereka.

Seorang laki-laki berambut pirang dengan santai melemparkan tasnya ke meja sebelah dan seorang petugas bea cukai perempuan hanya membuka resleting bagian atas sebelum menyuruhnya lanjut. Saat melongok ke dalam satu kantong plastik, mata laki-laki itu menyala sebentar sebelum memandang kecewa dia menemukan paket teh yang boleh dibawa dalam perjalanan udara, bukan buah atau daging kering seperti yang dia harapkan. Dengan malu-malu, Si Anak Baru menghilang, dan Zhen menjadi satu orang lagi.ĭia menunggu dengan sabar ketika seorang petugas bea cukai laki-laki merogoh koper ibunya, mengambil barang-barang satu per satu dan menatap mereka dengan saksama. Sambil menggandeng tangan keduanya saat berjalan menuruni tangga reyot, dia mendesah dalam bahasa yang mengingatkannya akan rumah. Dia masih harus mengambil tas-tas dan mengisi dokumen-dia tidak punya waktu untuk realisme magis. Dia mendecakkan lidahnya dengan tidak sabar. Ketika mereka turun dari pesawat, ibu Zhen berbalik untuk memegang tangannya dan mendapati dua versi putranya yang berbeda.
